Sahabatku,
Tanpa sengaja ku temukan sebuah catatan perempuan itu tentang dirimu. Perempuan yang pernah kau cintai dengan sangat. Dalam catatanya ia menulis bahwa hatinya tersakiti oleh kata-katamu, kata-kata yang kau kiaskan dalam bentuk cerita untuk dirinya. Dengan nama lain tentu saja. Ia faham dengan hal itu, sebab bagaimanapun kalian pernah bersama dengan hati yang terhubung satu sama lain. Namun, ketika akhirnya hati telah memilih jalan masing-masing, kita mau bagaimana lagi? Sebab rasa bukanlah ketentuan yang bisa kita buat-buat, ia murni berasal dari Tuhan.
Sahabatku,
Aku ingat tentang ceritamu, tentang cintamu dan tentang tanggung jawab yang ingin kau bangun bersamanya. Tetapi, ingatlah bahwa kebersamaan itu bukan masalah bersatunya dua raga, tetapi dua jiwa yang ingin melengkapi satu sama lain, yang terwakilkan oleh perasaan saling mencintai dan menyayangi, dan ketika ternyata perasaan itu telah pergi, kita bisa apa? Sebab, seperti yang telah ku katakan, muncul dan hilangnya sebuah perasaan bukan urusan kita, itu telah menjadi ketentuan Tuhan. Peran kita hanya sebagai penerima, bukan pemilih. Jika kau tak percaya, ingatlah saat kau benar-benar jatuh cinta pada seseorang apakah kau pernah berkata pada dirimu "Aku harus jatuh cinta pada perempuan itu!". Justru kalimat yang terangkai adalah "Aku telah jatuh cinta para perempuan itu". Mengapa bisa begitu? Saat mengalami hal serupa aku bertanya begitu, hingga Sang Guru memberiku jawaban, "Karena Tuhan mentajallikan diri-Nya pada orang itu". Dan ketika perasaan itu kemudian menghilang, apakah pantas kita marah-marah atau menaruh dendam?
Sahabatku,
Sungguh sangat disayangkan jika kau menyia-nyiakan waktu dan tenagamu hanya untuk perempuan yang kurasa tak pantas menerima perhatianmu lagi. Jika aku boleh berkomentar atas apa yang kau alami, justru kau seharusnya bersyukur dengan putusnya hubungan kalian. Tuhan Maha Tahu apa yang terbaik bagi kalian. Sebab, jika kalian masih bersama, mungkin kejahatan yang lebih besar lagi akan kalian lakukan, yang memberikan luka tidak hanya pada diri kalian tetapi pada orang-orang sekitar, luka yang menyayat hati.
Sahabatku,
Sudahilah semuanya, fokuslah berkarya. Lupakah kau dengan mimpi-mimpi kita? Ikhlaskan saja, tak perlu dendam, sebab jika itu kau pelihara dendam itu, mungkin suatu hari persahabatan kita akan berakhir, sebab hubungan itu dibangun bukan berdasarkan ucapan, tetapi oleh kesamaan prinsip dan tujuan dalam menatap kehidupan. Dan kau tahu bahwa aku bukan seorang pendendam.
Sahabatku,
Semoga Tuhan memberimu kemampuan untuk memahami apa yang kutuliskan untukmu sehingga kau benar-benar bisa move on dan focus berkarya!
Lombok Timur, 8 Maret 2016
Kim Noe,Seseorang yang mulai mencoba melukis semesta dengan kuas dan kata-kata
kimnoe29@gmail.com
Blog: Catatan Kim Noe
https://plus.google.com/u/0/
Tanpa sengaja ku temukan sebuah catatan perempuan itu tentang dirimu. Perempuan yang pernah kau cintai dengan sangat. Dalam catatanya ia menulis bahwa hatinya tersakiti oleh kata-katamu, kata-kata yang kau kiaskan dalam bentuk cerita untuk dirinya. Dengan nama lain tentu saja. Ia faham dengan hal itu, sebab bagaimanapun kalian pernah bersama dengan hati yang terhubung satu sama lain. Namun, ketika akhirnya hati telah memilih jalan masing-masing, kita mau bagaimana lagi? Sebab rasa bukanlah ketentuan yang bisa kita buat-buat, ia murni berasal dari Tuhan.
Sahabatku,
Aku ingat tentang ceritamu, tentang cintamu dan tentang tanggung jawab yang ingin kau bangun bersamanya. Tetapi, ingatlah bahwa kebersamaan itu bukan masalah bersatunya dua raga, tetapi dua jiwa yang ingin melengkapi satu sama lain, yang terwakilkan oleh perasaan saling mencintai dan menyayangi, dan ketika ternyata perasaan itu telah pergi, kita bisa apa? Sebab, seperti yang telah ku katakan, muncul dan hilangnya sebuah perasaan bukan urusan kita, itu telah menjadi ketentuan Tuhan. Peran kita hanya sebagai penerima, bukan pemilih. Jika kau tak percaya, ingatlah saat kau benar-benar jatuh cinta pada seseorang apakah kau pernah berkata pada dirimu "Aku harus jatuh cinta pada perempuan itu!". Justru kalimat yang terangkai adalah "Aku telah jatuh cinta para perempuan itu". Mengapa bisa begitu? Saat mengalami hal serupa aku bertanya begitu, hingga Sang Guru memberiku jawaban, "Karena Tuhan mentajallikan diri-Nya pada orang itu". Dan ketika perasaan itu kemudian menghilang, apakah pantas kita marah-marah atau menaruh dendam?
Sahabatku,
Sungguh sangat disayangkan jika kau menyia-nyiakan waktu dan tenagamu hanya untuk perempuan yang kurasa tak pantas menerima perhatianmu lagi. Jika aku boleh berkomentar atas apa yang kau alami, justru kau seharusnya bersyukur dengan putusnya hubungan kalian. Tuhan Maha Tahu apa yang terbaik bagi kalian. Sebab, jika kalian masih bersama, mungkin kejahatan yang lebih besar lagi akan kalian lakukan, yang memberikan luka tidak hanya pada diri kalian tetapi pada orang-orang sekitar, luka yang menyayat hati.
Sahabatku,
Sudahilah semuanya, fokuslah berkarya. Lupakah kau dengan mimpi-mimpi kita? Ikhlaskan saja, tak perlu dendam, sebab jika itu kau pelihara dendam itu, mungkin suatu hari persahabatan kita akan berakhir, sebab hubungan itu dibangun bukan berdasarkan ucapan, tetapi oleh kesamaan prinsip dan tujuan dalam menatap kehidupan. Dan kau tahu bahwa aku bukan seorang pendendam.
Sahabatku,
Semoga Tuhan memberimu kemampuan untuk memahami apa yang kutuliskan untukmu sehingga kau benar-benar bisa move on dan focus berkarya!
Lombok Timur, 8 Maret 2016
Kim Noe,Seseorang yang mulai mencoba melukis semesta dengan kuas dan kata-kata
kimnoe29@gmail.com
Blog: Catatan Kim Noe
https://plus.google.com/u/0/
Comments
Post a Comment